Damripin, selaku Ketua RT 05 Kelurahan Pasar Tais, yang turut hadir, saat dimintai tanggapan menyangkal kalau pecahnya keramik dan rusaknya lampu tulisan akibat ulah jail masyarakat yang berkunjung.
“sebenarnya tidak ada yang merusak, cuman karena fasilitas seperti bangku tempat duduk tidak ada, jadi yang namanya masyarakat berkunjung mencari tempat duduk, jadi mereka terkadang duduk didekat tulisan sambil sambil bersandar, yang namanya orang duduk kami tidak berani melarang, seumpama seperti pada lampu sudah pada pecah bukan karena dirusak tetapi karena masyarakat yang berkunjung terpeleset tidak sengaja kena tulisan lalu pecah,” singkatnya menjelaskan.
Sementara itu Pirasuki, secara tegas meminta kepada pihak PUPR Seluma dan pihak terkait untuk meninjau ulang serta mengawasi secara serius pekerjaan alun-alun tahap kedua tersebut. Kerena menurutnya kalau pekerjaan tahap kedua dengan anggaran mencapai Rp. 500 juta lebih itu hanya pemasangan paving blok tanpa galian dengan pemadatan kuat dugaan terjadi Mark-Up dan gagal perencanaan.
Sebab, kata Pirasuki, dilihat dari konstruksi pekerjaan yang dilaksanakan, apapun alibi mereka kalau pemasangan casting pengunci keramik ataupun pemasangan paving blok tidak perlu galian, Ia menduganya pekerjaan tersebut gagal perencanaan.
“harus berpikir pakai logika. Secara teknis kalau kontraktor bekerja sesuai Rab dan gambar, seharusnya konsultan pengawas harus merubah. Kami anggap dengan casting dipasang diatas tanah timbunan untuk menahan dan mengunci kami anggap dugaannya gagal perencanaan ini, sama dengan pekerjaan tahap pertama, lantai dipasang keramik licin, ini gagal produk. di WC aja kita tidak pakai keramik licin apalagi di alam terbuka,” tuturnya.
Kepada konsultan dan Dinas PUPR terkhususnya bidang CK agar ini ditinjau ulang dulu, dengan perencanaan tidak ada galian dan pemasangan timbunan diatas rumput lalu dipasang paving menggunakan pasir yang banyak akar sawit.
“harus sesuai dengan spek dan lolos penjaring penggunaan material. Kita sangat menyayangkan dan menyesalkan, sayang kalau baru setahun sudah pada hancur, tidak hanya alun-alun ini saja, saya selaku masyarakat perhatikan banyak jalan-jalan juga sudah pada hancur, jadi ada apanya disitu, apa salah kontraktornya, materialnya atau kurang pengawasannya apa karena anggarannya tidak mencukupi. ada apa.” tegas Pirasuki seraya bertanya. (Do).